Kutai Karta Negara, Potensi Wisata Adat
Bila kita melancong ke Balikpapan, Kalimantan Timur, jangan lupa mampir ke Kutai Kartanegara. Selain terkenal dengan jembatan seperti “Golden Bridge” layaknya jembatan di San Fransisco bila di malam hari, Kutai Kartanegara pun memiliki situs atau peninggalan kerajaan Islam tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Kutai.Belum lama ini, pada 22 Juli – 3 Agustus lalu, berlangsung Pesta Adat Erau Tempong Tawar, yaitu acara tradisi tiap tahun yang selalu digelar sejak abad 13. Di bawah terik matahari, ratusan warga sabar menyaksikan Tajuddin melakukan beluluh atau tradisi penyucian bagi dua junjungan Kutai ini. Di beluluh, Sultan dan Putra Mahkota, bergantian duduk di atas semacam tahta (Balai) dari 41 buah bambu kuning dengan dua ornamen berbentuk naga tengah bermain di kolam berbuih di bawah Balai. Beluluh bagi Raja, awal dari semuanya yang berarti pula keselamatan bagi warga. Sukacita pun menggema dalam pesta rakyat Kutai yang disebut Erau itu.
Tajuddin Nur, Sang Peluluh Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura XX, melontarkan doa bagi Raja Kesultanan Kutai, Aji M Salehuddin II beserta Putra Mahkota Aji Pangeran Adipati Prabu Anum Surya Adiningrat.
Sebagai kerajaan tertua di Indonesia, Kutai melestarikan tradisi ini tiap tahunya. Kisah Beluluh berlatar kemunculan bayi perempuan di Sungai Mahakam di Tanjung Batu Kutai Lama, lokasi pertama Kerajaan Kutai ada. Ia lantas dinamai Putri Karang Melenu. Pada perkembangannya, penemuan bayi menjadi ritual bagi kelahiran kembali atau penyucian diri.
"Acara beluluh ini bermakna pembersihan diri. Seperti bayi yang baru lahir. Karena itu, Sultan dan Putra Mahkota dibersihkan diri,” urai Koordinator Sakral Kesultanan Kutai, Awang Imaluddin yang bergelar Awang Demang Nata Krama.
Dalam acara pesta adat itu, kita dengan menumpang kendaraan roda dua tidak lebih lima menit dari Kedaton, tepatnya di Lapangan Parkir Stadion Rondong Demang Tenggarong juga digelar 13 olahraga tradisional yang mengasyikan untuk ditonton, seperti Begasing atau lomba adu gasing. Kemudian balap Enggrang. Pertandingan unik lain seperti Belogo, Dagongan, Menyumpit, Asen Naga, Kelom Panjang, dan Kasti. Bahkan mengupas kelapa, menangkap bebek, dan menjala, pun dipertandingkan.
Satu lagi olahraga tradisi Erau adalah Behempas Rotan atau olahraga saling memukul menggunakan Rotan. Tradisi tempo dulu yang masih dipelihara. "Kami ingin warga melestarikan permainan agar tidak hilang terkikis zaman," ujar H. Ifni Djuraidi, Kepala Dispora Kutai Kartanegara.
Menyusuri sudut kota yang lain, tepatnya di tepi Sungai Mahakam, mudah ditemui berbagai lomba di sungai. Ada lomba memancing, sementara di tengah sungai ada yang turun di nomor lomba balap perahu naga, adu balap ketinting atau perahu cepat bermesin PS 6 sampai 10 PK.
“Kami ahlinya dalam racing ces (balap ketinting). Kami datang dengan motoris ahli sungai seperti ini, ada pekerjaannya nelayan, pedagang, atau sehari-hari memang pengemudi ketinting. Kami ada dimana pun lomba ketinting,” tandas Ahmad Yan Syarif, seorang warga Kecamatan Muara Muntai, Kukar.
Wisata Kuliner
Komplitnya lagi, di Erau bukan melulu pesta rakyat biasa, melainkan juga mengenang kehidupan dan adat istiadatnya. Salah satunya mengenal lebih dekat tentang tradisi dan kehidupan perdangangan di atas air yang kini sudah sulit ditemui di perairan Kutai. Erau kali ini justru digelar jajanan khas Kutai atau Jajak yang dibagi gratis dari atas perahu atau gubang sejak tiap hari.
Kulier yang ada 20 jenis jajanan yang disediakan. Lantaran gratis maka jajanan khas Kutai seperti cucur, pare, serabai, bingka, talam dan aneka kue lainnya itu ludes tak lebih satu jam setiap hari. “Ini mengingatkan kita bahwa masyarakat Kutai tempo dulu beraktivitas di atas sungai, salah satunya transaksi jual beli makanan. Kebetulan sekarang Erau, jadi kami gelar dan ini untuk pertama kalinya selama Erau berlangsung,” kata Idrus, Dinas Budaya & Pariwisata (Disbudpar) Kutai Kartanegara.
Begitu meriahnya kegiatan di Pesta Adat Erau Tempang Tawar dengan waktu seminggu ini, tak heran pesta adat ini akhirnya menjadi agenda nasional dalam Visit Indonesia Year yang sejajar dengan festival budaya daerah lain.
"Erau kini telah ditetapkan menjadi agenda nasional demi mendukung program tahun kunjungan Kaltim (Visit East Borneo 2009)," tukas Sjachruddin, Penjabat Bupati Kukar Sjachruddin.
Wajar saja, Erau kini diyakini mampu menjadi daya pikat wisata Indonesia lantaran berdasar data Kaltim menempati peringkat empat dalam pertumbuhan wisatawan mancanegara. “Peningkatan wisman sebesar 39,2 persen di 2008 dibandingkan 2007, merupakan potensi pasar Erau,” tutur Titin Sukarya, Staf Ahli Menteri Budaya dan Pariwisata Bidang Ekonomi dan Iptek.
Belum lagi Kaltim yang didukung potensi kekayaan seni dan budaya yang sangat melimpah. "Saya tidak bosan menikmati kekayaan alam Kaltim. Tidak semua daerah dilengkapi sungai seperti Kaltim dan Kukar. Ini potensi yang sangat luar biasa," ucapnya lagi. (Dani zebua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar